Preloader Close

Sejarah

SEJARAH PENDIRIAN SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN  LUWUK BANGGAI  

Sejarah Sekolah Tinggi Agama Kristen Luwuk Banggai ini diceritakan melalui wawacara dari pewawancara dan narasumber yakni Bpk. Pdt. Gilder Tanari, M.Th.

Sekolah Tinggi Agama Kristen Luwuk Banggai bukanlah Pendidikan Teologi pertama dalam lingkup pelayanan Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB) sejak berpisah dengan Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) tahun 1966.

Dalam usia kurang dari 10 tahun usia bersinode, GKLB telah mendirikan Sekolah Teologia Kependetaan setara dengan SMP yang diketuai oleh Pdt. Minjaa. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan pelayan di GKLB. Pada saat itu GKLB memiliki kurang lebih 180 (seratus delapan puluh) Jemaat, termasuk Jemaat persiapan dan Pos Pekbaran Injil.

Pada tahun 1978, GKLB menamatkan beberapa tenaga “guru jumat” - sebutan untuk para lulusan Pendidikan Teologia tersebut di atas. Mereka kemudian diangkat menjadi Ketua-ketua Jemaat yang pada akhirnya diurapi menjadi Pendeta GKLB yang kala itu belum mekar menjadi 2 (dua) Sinode, di mana Jemaat-jemaat di Wilayah Banggai Kepulauan membentuk Sinode baru yang diberi nama Gereja Protestan Indonesia di Banggai Kepulauan (GPIBK).

Pendidikan Teologia setara SMP berakhir tahun 1978 dan diganti dengan program Pendidikan Guru Agama (PGA) setingkat SMU yang diketuai oleh Pdt. Detty Haurissa-Kani, S.Th. Penggantian tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) di samping kebutuhan tenaga Kependetaan GKLB. Tahun 1981, GKLB menghasilkan beberapa orang lulusan. Sebagian besar dari mereka telah dipendetakan oleh GKLB dan sampai sekarang masih melayani di GKLB dan GPIBK, beberapa orang lagi di antaranya telah pensiun (sumber: Pdt  D. Haurissa-Kani, S.Th). Beberapa orang dari mereka meneruskan pendidikan S-1 Teologi di Tentena dan Tomohon. Pendidikan PGA berakhir pada tahun 1992 setelah pemerintah menutup semua pendidikan kejuruan agama setingkat SMU dan kala itu ketersediaan tenaga pelayan dalam lingkup pelayanan GKLB dirasa sudah memadai.Beberapa anggota jemaat yang berkeinginan melanjutkan pendidikan Teologi dan Pendidikan Agama Kristen direkomendasikan ke STT Jakarta, STT INTIM, UKIT Tomohon, STT GKST, STT Marturia dan lain lain.

Peningkatan kebutuhan jumlah pelayan Pendeta dan Guru PAK semakin tidak sebanding dengan ketersediaan lulusan Sekolah Teologi. Animo anak muda untuk lanjut ke Sekolah Teologi sangat terhalang dengan kemampuan financial dan jarak yang terlalu jauh.

Pendirian Perguruan Tinggi Teologi kemudian mendapat perhatian dalam setiap perbincangan, baik secara formal (melalui Sidang dan Rapat di tingkat Sinode) maupun secaran informal. Keputusan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Teologi bahkan telah diputuskan dalam Rapat MPS tahun 2008 di Doda Bunta Klasis Pancara Kasih.

Waktu itu, saya berpikir ini tidak mudah…dalam benak saya muncul cerita majalah Bobo yang pernah saya baca tentang kisah keputusan sekoelompok Monyet untuk menyerang ular Piton yang telah menyantap anggota kelompok  mereka. Dalam keputusan itu bahkan sudah dibagi tugas dan peran masing-masing. Siapa yang akan pegang kepala, siapa yang pegang ekor, siapa yang pegang bagian tubuhnya dan seterusnya. Mereka bersorak karena merasa telah menemukan jalan keluar. Rapat  kemudian mendadak hening setelah  ada Monyet kecil sedang mengelantung di salah satu ranting tidak jauh dari tempat rapat yang berterik, okey…okey….that’s totally excellent idea, tapi siapa yang akan memulai???? Dosen kita punya, karena beberapa orang kala itu telah menyelesaikan Studi S-2, lalu siapa yang akan menjadi sukarelawan memberi pembiayaan?

Lalu, bagaimana STAK-LB ini kemudian didirikan? Dalam pergumulan panjang secara pribadi dan saya rasa itu juga menjadi pergumulan para pelayan GKLB, karena saya dengar-dengar ini selalu dibicarakan dalam setiap sidang dan rapat, Tuhan menaruh di hati saya sedikit keberanian. Di suatu pagi pada bulan Maret 2015 saya sarapan dengan istri (Ibu Vira, red), saya sampaikan beban itu: “Ma, kayaknya GKLB harus mendirikan STT”. Waktu itu ibu Vira menjabat sebagai Ketua Komisi Pembinaan Warga Gereja Sinode GKLB. Kata ibu Vira, “Silahkan saja, memang dalam Visi dan Renstra GKLB tahun 2014 ini menyatakan bahwa GKLB mandiri dalam berteologi dan itu hanya terwujud jika GKLB memiliki STT sendiri.”

Siang harinya, sekitar pukul 11.00 saya menemui Pak Jeri (Pdt. Jerry H. Moningka – Kasi Bimas Kristen, red.) di Kantornya. Pak Jeri waktu itu langsung menegakkan badan, matanya tampak berbinar-binar menyambut gagasan ini”. Sekitar pukul 14.00 saya menjumpai Pak Rudi (Pnt. Rudi Budaya, M.Pd, red) di SMA Kristen GKLB. Tanggapan antusias yang sama didapatkan dari beliau. Sore harinya saya menemui Pace Pisu (begitu Pak Gide dan Ibu Vira menyapa Pdt. Th. Pisu, S.Th., red.) untuk menyampaikan keinginan yang sama. Tanpa pikir panjang Pak Pisu katakan, besok kita menghadap MPH Sinode.

Besok harinya kami berdua menghadap Ketua MPH Sinode GKLB, Pdt. Uni Laahen, S.Th. Respon beliau sangat baik. Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan Sekretaris Sinode Pdt. Kristian S. Warkula, M.Th. Pdt. D. Matoneng, S.Th., Pnt. Esrom Yukulan, S.Pd.S.Th,  Pdt. Moses Hataa, S.PAK, Pdt. Martinus Sambali, S.Th dan Pdt. Made Subagiartha, S.Th. Tampak kegembiraan di wajah para pimpinan di Sinode, mereka sangat berantusias dengan gagasan ini. MPH Sinode kemudian mengeluarkan SK Penginisiatif berdirinya STT-Luwuk Banggai yang kemudian berubah nama menjadi STAK-Luwuk Banggai setelah melalui serangkaian perbincangan dan pergumulan.

Adapun nama - nama anggota Team Penginisiatif yang di SK-kan MPH Sinode adalah:

  1. Pdt. Uni Laahen, S.Th
  2. Pdt. Kristian S. Warkula, M.Teol
  3. Pnt. Esrom Yukulan, S.Pd, S.Th
  4. Bpk. Frans Paliling, S.H.
  5. Pnt. Dertan Polunggu, M.Kes,
  6. Pdt. Dr. Vira Tandiawan, S.E.,S.Th.,M.M
  7. Pnt. Rudi Budaya, M.Pd.
  8. Pdt. Th. Pisu, M.Th
  9. Pdt. Jerry Moningka, S.PAK.,M.Pd
  10. Pdt. Gelder Tanari, M.Th

Team penginisiatif inilah yang kemudian dengan sekuat tenaga merumuskan dan memerjuangkan tanggungjawab besar ini. Salut dengan MPH Sinode periode ini (2014-2019, red.). Sebagai warga Jemaat biasa di GKLB, saya sangat bangga dengan mereka. Kemudian Apa yang membuat mereka bangga dengan MPH Sinode Periode ini? Jangan pikir semua orang bisa menerima baik keputusan ini, ada saja yang jadi oposan dan menurut saya itu biasa. Saya ingat mereka (MPH-S, red.) harus menghadapi serangan orang-orang yang tidak setuju dengan gagasan Pendirian PT ini. Saya ingat Pak Kris (Pdt. Kristian Warkula, M.Teol.) ketika ke Jakarta mengurus Ijin Operasional, has humbled himself, to single purpose only… Legalitas Sekolah ini terbit. Saya ingat Pak Esrom (Pnt. Esrom Yukulan) dengan talenta smart speaking yang dimiliki mampu menangkis dan meluruskan segala pemahaman yang salah. Pak Dertan sebagai Anggota Majelis Petimbangan Sinode, beliau adalah seorang birokrat dan akademisi sejati harus memosisikan diri secara objektif memerjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi Teologi, dengan ciri hasnya: tegas dan lugas. Anggota MPH Sinode lain juga, tidak henti-hentinya melakukan penetrasi ke tingkat yang paling bawah demi mendapatkan dukungan dari Jemaat. Maaf Pak, kalau boleh tahu siapa-siapa orang yang bapak sebut oposan itu? Hehehe…Luwuk ini kecil, silahkan cari tahu sendiri. Adalah orang tertentu yang entah karena kepentingan apa, dan dengan seribu satu macam alasan menentang dan memengaruhi orang lain untuk menentang. Bukan hanya menentang, bahkan yang terang-terangan mengeluarkan kalimat mengancam. Apakah Orang GKLB? Yes…,Waww…koq bisa? Ya… bisa saja, ada banyak factor.

Faktor paling menonjol, seperti yang saya sudah sebut di atas, karena kepentingan. Mungkin juga ada masalah personal interest…saya tidak tahu. Ada juga yang karena sama sekali tidak paham Visi dan Misi GKLB itu sendiri, saya tidak men-judge lho…kalo paham tidak mungkin tidak mendukung. oh ya, tadi di awal bapak sempat menyebut kata STT, bagaimana ceritanya sampai berubah nama menjadi STAK-LB? Iya, memang nama mula-mula Perguruan Tinggi ini adalah STT-LB. Di awal berdirinya, pengurus membutuhkan masukan dari berbagai pihak khususnya orang-orang yang sudah berpengalaman dalam mendirikan dan mengelolah Perguruan Tinggi Teologi. Pilihan pengurus jatuh kepada salah seorang mantan dosen STT Intim Makasar, yang saat itu sementara mengelolah kempus di Maluku Utara, Namanya dalah Pdt. Dr. Julius Mojau, M.Th. Diadakanlah lokakarya dengan menghadirkan beliau sebagai keynote speaker. Singkat cerita, beliau mengusulkan nama Sekolah Tinggi Teologi diganti dengan Sekolah Tinggi Agama Kristen, mengingat nomenklatur-nya berbeda. STT adalah Perguruan Tinggi Teologi dan STAK adalah perguruan Tinggi Keagamaan Kristen yang dapat saja meningkat menjadi Institut bahkan sampai dengan Universitas. Pengurus sepakat mengikuti arahan beliau dengan alasan bahwa kami hanya meletakkan dasar, dan berharap generasi selanjutnya akan mengembangkan kampus ini sampai tingkat institusi yang paling tinggi. Sekolah ini kan milik GKLB, bagaimana jika GKLB memutuskan bapak tidak lagi menjadi pengurus STAK-Luwuk Banggai?

Never mind…memang harus begitu. Menurut saya cukup satu periode dan setelah itu kami semua akan duduk di “kursi goyang” memantau dan menyampaikan nasihat serta usulan yang kami rasa baik untuk pengembangan kampus. Gampang koq jadi pengurus di STAK-LB, capable tentu saja, dan paling penting untuk saat ini adalah mau menjadi volunteer (bekerja secara sukarela, red.). Seperti yang kita tahu bersama, GKLB tidak mengenal everlasting leader atau hereditary leader di semua aras pelayanannya. Itu harus dipahami oleh semua pihak. Ada mekanisme organisasi dalam Gereja ini yang harus ditaati. Regenerasi harus jalan…kalian harus memersiapkan diri dengan baik, kelak kalian harus jauh lebih baik dari kami sekarang ini. Bangaimana dengan legalitas sekolah ini?

 

Puji Tuhan, Tuhan mendengar pergumulan gereja-Nya selama kurang lebih 10 (tahun). Melalui Visitasi Dirjen Bimas Kristen Kemenag, Ibu Dr. Oedita Hutabarat dan disusul Direktur Pendirikan Kristen Kemenag, Bpk. Dr. Yan Kristianus Kadang, SE.MM, dan atas rekomendasi Bupati Banggai, Bpk. Ir. Herwin Yatim, MM., terbitlah Ijin Operasional STAK-Luwuk Banggai tertanggal 31 Desember 2014. Tanggal mundur ini dibuat berdasarkan pertimbangan teknis dari pihak Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI.S

MPH Sinode melalui YPSK – GKLB kemudian menetapkan kepengurusan STAK – Luwuk Banggai sebagai Berikut:

Ketua                                                             : Pdt. Dr. Vira Tandiawan, SE.S.Th.MM.

Ketua Bid. Akademik                                     : Pdt. Theofilus Pisu, S.Th.

Ketua Bid. Administrasi dan Keuangan         : Pnt. Rudi Budaya, M.Pd.

Ketua Bidang Kemahasiswaan                      : Pdt. Gelder Tanari, M.Th.

Ketua Bidang Pelayanan                                : Pdt. Jerry H. Moningka, SPAK, M.Pd.

(Setahun kemudian, Pdt. Pisu dan Pdt. Gide bertukar posisi)

Proses perkuliahan dimulai pada Tahun Akademik 2015-2016, maka STAK menetapkan tanggal 08 Agustus 2015 sebagai hari lahirnya STAK Luwuk Banggai. Ibadah pembukaan dipimpin oleh Pdt. Dr. Panmilo Yangin, M.Th.

Perkuliahan pertama dilaksanakan di lingkungan Pendidikan GKLB dengan meminjam beberapa ruangan kelas SMA Kristen GKLB. Pada semester Genap Tahun Akademik 2016-2017 STAK-Luwuk Banggai kemudian menempati Asrama Putri GKLB di Kompleks Kampung Sorong – Karaton, yang memang sejak awal diperuntukkan untuk Pendidikan GK.